Senin, 30 Januari 2012

Pariwisata Kota dan Kabupaten Kediri

1. Wisata Kelud
Gunung Kelud diabadikan dari udara.



SIAPA pun akan merasa nyaman jika melewati ratusan hektar kebun tebu dan kopi milik PDP Margomulyo, di kanan kiri jalan. Hawa yang sejuk di pagi hari, disemarakkan oleh kicau burung yang terbang ke sana ke mari.
Dari Sugihwaras, harus ditempuh sepuluh kilometer lagi sebelum sampai ke kawah Kelud. Walaupun sudah beraspal, namun bagi mereka yang membawa mobil, jangan harap dapat mengemudikannya hingga mendekati kawah. Pasalnya, jalan aspal itu hanya selebar dua meter.



Jika memang akan memasuki jalan menuju kawah, pengemudi juga harus tetap waspada, karena dari arah berlawanan sering muncul penduduk yang membawa tetumbuhan dan kayu, dan biasanya meluncur dengan kecepatan tinggi. Jangankan mobil. Pengendara sepeda motor pun harus merapat ke sisi kiri untuk menghindari tabrakan. Jika tidak, siapa pun harus siap 'tertampar' sebongkah tumbuhan atau setumpuk kayu.
Lepas dari papasan dengan penduduk, masih ada rintangan lain. Beberapa sisi jalan menuju kawah banyak yang longsor dan licin, terutama jika setelah turun hujan. Akibatnya, lengah sedikit saja, siapa pun dapat terperosok ke dalam jurang.


"Lolos" dari jalan berliku-liku menuju daerah kawah bukan berarti mudah memasuki kawah. Sebab, jalan aspal sudah habis di sekitar dua kilometer menjelang kawah. Sehingga, satu-satunya cara menuju kawah, adalah dengan berjalan kaki melintasi jalanan berbatu.
Dengan demikian, siapa pun yang mengendarai sepeda motor, harus rela meninggalkan kendaraannya tanpa pengamanan dari siapa pun. Atau, ia harus ikhlas untuk tidak ke kawah, alias menikmati pemandangan tebing dan pemandangan Kota Kediri bagian bawah dari tempat itu. Setelah itu, pulang tanpa menyaksikan kawah.






BERBICARA tentang Gunung Kelud yang oleh Pemerintah Kabupaten Kediri akan dijadikan salah satu objek wisata andalan, sama saja membicarakan masalah infrastruktur. Di sana-sini masih banyak yang harus dibenahi.
Soal jalan tentu menjadi yang utama. Kecuali beberapa kilometer jalan di kawasan PDP Margomulyo, jalan lainnya yang menuju kawah Kelud masih harus ditingkatkan mutunya. Baik dari segi lebar jalan maupun kualitasnya. Terutama, aspal jalan di beberapa kilometer menjelang kawah.




Di kanan kiri jalan, juga belum terdapat tanaman pelindung yang meneduhkan wisatawan, utamanya jika matahari sedang bersinar dengan teriknya. "Bagi saya sendiri, soal jalan dan tanaman pelindung memang yang terpenting untuk dibenahi," kata Sekretaris Desa Sugihwaras, Imam Muhamad Khosian.
Selain itu, ada beberapa kelengkapan penunjang lain yang menurutnya juga harus dipunyai kawasan Kelud, jika akan dijadikan sebagai objek wisata. Salah satunya adalah tersedianya papan penunjuk yang memadai di jalan-jalan menuju Gunung Kelud.

Pengembangan potensi wisata Kabupaten Kediri juga akan digencarkan melalui pendekatan-pendekatan khusus terhadap biro-biro perjalanan. Promosi wisata Kediri yang pada saatnya nanti dikemas dalam brosur dan leaflet, akan disebarkan kepada biro-biro perjalanan. Dengan demikian, secara perlahan promosi Gunung Kelud terus berjalan.

Situs yang direncanakan dibuat dalam dua bahasa ini-bahasa Indonesia dan Inggris-diharapkan dapat efektif menarik wisatawan untuk datang ke Kediri. Sebab, sebagaimana website pada umumnya, di situ tercantum segala informasi penting tentang kota tersebut, termasuk objek wisatanya.
Wisata Gunung Kelud memang masih harus menempuh perjalanan panjang. (p01)
Kompas/rudy badil Andalan - Pemerintah Kabupaten Kediri akan menjadikan Gunung Kelud sebagai salah satu andalan obyek wisata , walau jalan untuk itu masih panjang. 



2. Gumul Paradise Island
Gumul Paradise Island / Simpang Lima Gumul Waterpark KEDIRI sudah selesai dibangun dan sudah diresmikan oleh Bupati Kediri dr. Haryanti Sutrisno pada tanggal 5 Maret 2011 yang lalu.












WAKTU OPERASIONAL
Selasa - Jum’at : 08.00 – 17.00 WIB
Sabtu : 07.00 – 17.00 WIB
Minggu & Hari Besar : 07.00 – 17.00 WIB
3. Air Terjun Parijotho
Air Terjun Parijotho ini memiliki tiga tingkatan dengan masing-masing tingkatan berketinggian sekitar 40 m. Lokasi air terjun ini berada 5 km di sebelah selatan Air Terjun Dolo dan Air Terjun Irenggolo.


Lokasi

Terletak di Desa Pamongan, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur.

Peta dan Koordinat GPS:

Aksesbilitas

Berjarak kurang lebih 25 km dari arah barat kota Kediri atau 12 km di sebelah barat Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Falah, Desa Ploso, Kecamatan Mojo.

Untuk menuju air terjun ini dapat diakses melalui jalan Raya Podok Pesantren
di atas dengan menggunakan kendaraan roda empat hingga 3 km sebelum lokasi, selanjutnya naik sepeda motor (ojek) sejauh 2 km, dan akhirnya diteruskan dengan berjalan kaki hingga tiba di lokasi.
4. Air Terjun Dholo

 

Air terjun Dolo berada di bagian timur lereng gunung Wilis (2.850m) dengan ketinggian 1800 m dpl.  Tumpahan airnya terbagi tiga bagian dimana bagian yang paling tinggi sekitar 125 m dan dibawahnya sekitar 2-5 m. Debit air yang dicurahkan tidaklah terlalu besar, namun cukup menarik untuk dinikmati.
Air terjun ini terletak 4 Km dari Air Terjun Ironggolo dengan melewati hutan perawan yang sangat menantang.  Air terjun ini termasuk jarang dikunjungi oleh wisatawan, hal ini dikarenakan lokasinya yang terbilang jauh dan susah untuk menuju kesana. Namun saat ini, pemerintah kabupaten Kediri telah membangun sarana jalan yang mulus untuk menuju lokasi air terjun, baik dari arah kota Kediri maupun dari arah Ponorogo, berupa jalan tembus.
Lokasi

Terletak di Dusun Besuki, Desa Jugo  Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur.

Peta dan Koordinat GPS: 7°52'10"S  111°50'5"E
 
Aksesbilitas

Berjarak kurang lebih 25 Km dari pusat kota Kediri ke arah barat menuju Besuki melalui Puhsarang, Kecamatan Semen. Akses ini merupakan jalan yang hanya menuju ke air terjun Dolo yang berliku-liku.  Setelah itu dilanjutkan sekitar 4 km hingga di tiitik pemberhentian akhir kendaraan di area parkir.

Jika dari pintu kekuar Air Terjun Irenggolo ambil belokan ke kiri.  Ketika sampai di pertigaan selanjutnya ambil jalan yang ke kanan.  Ikuti jalan tersebut sampai tidak ada jalan lagi, karena ujung jalan ini merupakan lokasi parkir (pemberhentian akhir kendaraan).  Kondisi jalan ini sudah cukup lebar dan mulus, akan tetapi di beberapa bagian jalan sering terjadi longsor.

Dari area parkir kendaraan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menurun lebih kurang 750 m menuju tempat air terjun berada. Turunan tersebut melalui anak tangga yang jumlahnya ada ratusan, membutuhkan waktu sekitar 10 menit dari tempat parkir menuju air terjun tersebut.

Tiket dan Parkir

Tiket masuk adalah  Rp.3000 per orang.

Fasilitas dan Akomodasi

Akses jalan raya, tempat parkir, mushola dan beberapa kantin kecil sudah tersedia di sana.  Beberapa Vila juga tersedia pula.
5. Air Terjun Ngleyangan

 

Air terjun Ngleyangan disebut juga Air Terjun Sekartaji.  Jatuhnya air dari ketinggian + 123 Meter merupakan daya tarik obyek wisata ini disamping udara sejuk karena berada diketinggian 800 meter dari permukaan laut.


Legenda


Di atas puncak air terjun ini terdapat sisa situs berupa sumur dan patung-patung Hindu.  Konon di situlah tempat Mpu Brahmaraja hidup bersama putrinya Dewi Amisani (Dandang Gendis) untuk beberapa waktu lamanya sampai ia dijemput pulang ke keraton Kediri untuk dinpbatkan menjadi Raja Kediri yang baru bergelar SriKertajaya untuk menggantikan Jayasheba uyang mangkat beberapa bulan sebelumnya.

Lokasi

Terletak di Dusun Goliman, Desa Ngleyangan, Kecamatan Tarokan, Desa Parang Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur.

Peta dan Koordinat GPS:
   
Aksesbilitas

Berjarak sekitar + 20 Km ke arah Barat Laut Kota Kediri.  Dari kota Kediri naik bus 3/4 jurusan ke kota Nganjuk, dengan tarif Rp 3.000 sampai Rp 4.000. Turun di Pasar Gringging. 

Selanjutnya naik Angkudes menuju Dusun Goliman, Desa Parang, desa terakhir sebelum naik ke perbukitan menyusuri jalan ke titik air terjun. Angkudes ini tersedia di depan Pasar Gringging.Alternatif selain angkudes, bisa dengan menggunakan ojek sepeda motor yang bisa ditemui di depan Pasar Gringging.

Selanjutnya setelah turun di Dusun Goliman, perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki menyusuri perbukitan dengan ladang penduduk di kanan kiri sekitar 4 km (sekitar 2,5 jam waktu tempuh). Tidak ada petunjuk jalan yang jelas. Paling hanya goresan dari cat di bebatuan dan mengikuti pipa air.

Air Terjun Ngleyangan juga bisa ditempuh lewat Kecamatan Banyakan.  Dari kota Kediri naik bus 3/4 (dengan tarif  Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per orang) menuju Nganjuk, turun Pasar Banyakan.  Lalu dilanjutkan perjalanan ke arah barat, menuju Dusun Goliman.  Kondisi jalan beraspal mulus hingga ke desa terakhir, Banyakan, akan tetapi berganti bebatuan hingga tiba di Dusun Goliman.

Fasilitas dan Akomodasi
Ketiadaan area parkir mengharuskan bagi yang membawa kendaraan dengan menitipkan kendaraannya pada penduduk setempat
6. Air Terjun Irenggolo

 

Air Terjun Irenggolo  berada di kawasan Besuki di ketinggian 1200 di atas permukaan laut di gugusan lereng Gunung Wilis (1950 m).  Tumpahan airnya sekitar 80 meter dengan bentuk trap-trap mini dan pemandangan alam yang indah dengan suhu sekitar 18 derajat Celcius.


Selain air Terjun Irenggolo, tidak jauh dari kawasan wisata tersebut juga terdapat Air Tejun Dolo. Air terjun ini terletak 4 Km dari Air Terjun Ironggolo, dan ditemukan pada tahun 1996. Air terjun ini mempunyai ketinggian 90 meter.
Lokasi


Terletak di Dusun Besuki, Desa Jugo Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur.


Peta dan Koordinat GPS:


Aksesbilitas


Berjarak  + 28 km ke arah barat daya dari kota Kediri, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit berkendara. Akses menuju air terjun ini relatif mudah dengan kondisi jalan 85 hotmix dan dapat ditempuh dengan segala macam kendaraan hingga di kawasan wisata air terjun tersebut. Perjalanan menuju air terjun ini dapat dimulai dari kota Kediri dimana pertama-tama menyeberang ke bagian barat sungai Brantas yang membelah kota Kediri, lalu meluncur ke daerah Poh Sarang, Kecamatan Semen menuju Besuki. Selanjutnya melintasi Desa Selopanggung tempat tokoh nasional Tan Malaka dimakamkan, dan akhirnya sampai di pintu gerbang Kawasan Wisata Besuki.


Bagi pengguna kendaraan umum, dari terminal bus Tamanan Kota Kediri, naik angkutan pedesaan jurusan ke Kecamatan Mojo. Kemudian, turun di Desa Besuki, dilanjutkan dengan berjalan kaki ke lokasi air terjun. Selain dengan berjalan kaki dari desa Besuki dapat menggunakan jasa charter ojek atau angkutan pedesaan.


Dari area pintu gerbang masuk perjalanan dilanjutkan sekitar 200 m menuju area parkir kendaraan.  Dan akhirnya dari area parkir diteruskan dengan berjalan kaki ke loaksi air terjun tersebut berada.


Tiket dan Parkir


Tiket masuk adalah Rp 3000 per orang.  Sedangkan biaya parkir adalah Rp 1000 per kendaraan untuk roda dua.


Fasilitas dan Akomodasi


Sarana transportasi, komunikasi, dan listrik telah mendukung keberadaan objek wisata ini. Demikian pula, berbagai prasarana fisik yang lain, seperti tempat parkir, toilet, kamar mandi, kolam renang dan musholla.  Bahkan disini tersedia area untuk berkemah.


Hanya saja, di kawasan objek wisata tersebut belum dibangun penginapan. Sehingga jika ingin bermalam harus ke kota Kediri.
7. Situs Setono Gedong
Situs Setono Gedong KediriSitus Setono Gedong lokasinya berada di belakang Masjid Aulia Setono Gedong, dicapai melalui sebuah gang yang cukup besar di Jl. Doho, Kediri, yang letak dan arahnya berseberangan dengan jalan simpang yang menuju ke arah Stasiun Kereta Api Kediri. Di dekat situs ini juga terdapat kompleks makam keramat yang banyak dikunjungi peziarah.

Sebelum masuk ke kompleks Masjid Setono Gedong, terdapat sebuah gapura yang tidak begitu tinggi namun sangat tebal dindingnya, yang konon sebelumnya merupakan gapura sebuah candi. Sebuah sumber mengatakan bahwa beberapa pihak telah berupaya untuk mempertahankan gapura itu, namun sayang tidak berhasil. Masih beruntung bahwa gapura candi itu tidak dihancurkan, namun hanya dilapis semen sehingga bentuknya pun berubah seperti sekarang ini.
Situs Setono Gedong Kediri
Susunan batu yang ditata berjajar membentuk undakan menuju bangunan pendopo bergaya joglo, yang berukuran besar di sebelah kanan, dan yang berukuran kecil berada di sebelah kiri. Kedua bangunan itu tampaknya belum terlalu lama didirikan.
Situs Setono Gedong Kediri
Susunan batu di bagian bawah yang berwarna kekuningan adalah masih asli, yang menurut sebuah sumber merupakan pondasi sebuah candi dari jaman Kerajaan Kediri, sedangkan yang dibagian atasnya merupakan susunan batu yang ditata kemudian.
Konon di atas pondasi candi itu sempat akan dibangun sebuah masjid oleh para wali. Namun karena alasan yang tidak diketahui, pembangunan masjid itu tidak jadi dilaksanakan. Materialnya konon kemudian digunakan untuk membantu menyelesaikan pembangunan Masjid Demak di Demak, dan Masjid Sang Cipta Rasa di Cirebon.
Area di atas pondasi itu sempat difungsikan sebagai sarana prasarana ibadah, dan tempat pertemuan para wali. Menurut cerita, wilayah Kediri dibagai dalam 2 kelompok oleh para wali. Di Barat sungai di pimpin oleh Sunan Bonang, sedangkan di sebelah Timur sungai dipimpin oleh Sunan Kali Jogo, yang di dalamnya termasuk mbah Wasil yang berasal dari Istambul. Kediri adalah salah satu daerah yang paling akhir di-Islam-kan oleh para wali.
Situs Setono Gedong Kediri
Relief Burung Garuda di Situs Setono Gedong, yang dipahat pada sisi sebuah batu persegi yang bagian atasnya berbentuk bunga teratai yang bulat dan gemuk di tengah berhias garis-garis lengkung, dengan bagian atas rata. Batu di Situs Setono Gedong ini di simpan di bawah bangunan joglo kecil yang berada di sebelah kiri.
Situs Setono Gedong Kediri
Sebuah lingga yang diletakkan di sisi sebelah kanan batu berelief Garuda. Seperti tampak pada foto, bahwa di sisi batu yang berada di belakang lingga ini juga terdapat relief Garuda dengan sayap mengembang, berbeda bentuknya dengan relief garuda pada sisi sebelumnya.
Situs Setono Gedong Kediri
Relief Garuda itu ternyata dipahat pada keempat sisi batu di Situs Setono Gedong ini. Dalam kepercayaan Hindu, Garuda adalah burung yang menjadi tunggangan Dewa Wisnu.
Situs Setono Gedong Kediri
Tumpukan batu-batu berukir, yang diletakkan pada salah satu sisi di kompleks Situs Setono Gedong ini. Jika diperhatikan, batu yang menumpang pada sebelah kiri atas batu yang memanjang, memiliki ukiran relief manusia yang tengah duduk bersila, dengan jari-jari tangan menangkup, sebatas dada, tanpa kepala. Sebuah relief yang lazim dijumpai pada candi.
Situs Setono Gedong Kediri
Sebuah bentuk batu di Situs Setono Gedong yang menyerupai sebuah mangkuk besar yang rata permukaannya, diletakkan di atas sebuah umpak yang ornamennya sudah tidak begitu kentara lagi.
Situs Setono Gedong Kediri
Bangunan pendopo tanpa dinding, dengan atap bersusun tiga, yang disangga lima baris pilar kayu yang masing-masing berjumlah enam buah. Sebelum dibangun pendopo, area ini sempat tidak terurus dan ditumbuhi alang-alang yang tinggi.
Situs Setono Gedong Kediri
Sebuah sumur tua yang letaknya berdekatan dengan situs Situs Setono Gedong, yang mengingatkan saya pada Sendang Tirta Kamandanu.
Situs Setono Gedong Kediri
Situs Setono Gedong merupakan sebuah situs yang sangat menarik buat saya, meskipun masih menyimpan banyak misteri. Tidak ada prasasti bertulis yang ditemukan di sekitar Situs Setono Gedong ini yang bisa mengungkap riwayat situs ini. Hanya ada relief Garuda dan serakan sisa-sisa batu candi, serta cerita-cerita yang memberi gambaran samar mengenai riwayat Situs Setono Gedong di Kediri ini.

Situs Setono Gedong

Belakang Masjid Setono Gedang,
Jl. Doho, Kediri, Jawa Timur
8. Rumah Dinas Residen
Rumah Dinas Residen Kediri merupakan sebuah bangunan peninggalan jaman kolonial yang masih bertahan sampai saat itu, sementara beberapa bangunan kuno di Kediri lainnya kabarnya telah dirubuhkan oleh pemda setempat.





Rumah Dinas Residen Kediri
Inalah bekas Rumah Dinas Residen Kediri dengan corak bangunan yang bergaya khas kolonial. Gedung yang dibangun pada jaman kolonial bentuk bangunannya umumnya simetris, bertembok tebal, dengan langit-langit tinggi, di bagian depan terdapat pilar-pilar dengan tata ruang terbuka, beratap datar dengan beranda luas, pintu dan jendela berukuran besar, dan didominanasi warna putih.
Rumah Dinas Residen Kediri
Rumah Dinas Residen Kediri di Jl. Jaksa Agung Soeprapto No. 2 di Kecamatan Mojoroto itu, sekarang digunakan sebagai gedung Unit Pelaksana Teknis Dinas Kediri, setelah sebelumnya sempat kosong pada saat tidak lagi digunakan sebagai Kantor Pembantu Gubernur Wilayah Kediri karena jabatan itu dihapus sejak otonomi daerah bergulir pada 2001. Gapura bata merah bercorak Majapahitan berdiri menjulang di pintu gerbang sebelah kanan dan juga sebelah kiri Rumah Dinas Residen Kediri itu.
Rumah Dinas Residen Kediri
Tengara pada dinding gapura yang menunjukkan tanggal peresmian pembuatan gapura di bekas Rumah Dinas Residen Kediri oleh Pembantu Gubernur Wilayah Kediri ketika itu.
Rumah Dinas Residen Kediri
Jalan lebar menuju bekas Rumah Dinas Residen Kediri dilihat dari sela-sela pagar yang terkunci di gerbang masuk sebelah kiri. Saya pun kemudian berjalan ke arah gerbang di sebelah kanan yang terbuka lebar, tanpa penjaga, dan melangkah masuk ke dalam lingkungan bekas Rumah Dinas Residen Kediri ini.
Rumah Dinas Residen Kediri
Halaman luas yang ditanami pohon peneduh yang rindang, pilar, pintu dan jendala yang tinggi, serta dominasi warna putih, tentu akan membantu dalam meningkatkan kenyamanan penghuninya untuk tinggal di daerah tropis dengan hawa yang panas seperti di Kota Kediri ini.
Rumah Dinas Residen Kediri
Pohon beringin yang tampaknya telah berusia lebih dari 100 tahun ini memang mampu memberi keteduhan dan pemandanganyang menyejukkan. Di latar belakang tampak gapura di pintu masuk sebelah kiri yang gerbangnya terkunci.
Rumah Dinas Residen Kediri
Saya berhenti di titik ini, karena tidak terlihat ada seorang pun berlalu lalang di sekitar bekas Rumah Dinas Residen Kediri, sehingga tidak begitu nyaman untuk meneruskan langkah. Terlihat sebuah lonceng besi di sebelah kiri Rumah Dinas Residen Kediri itu, yang mungkin merupakan duplikat lonceng besi bertuliskan angka 1860 yang dikabarkan hilang beberapa tahun lalu. Angka yang tertera pada lonceng besi itulah yang diperkirakan merupakan tahun pembuatan bangunan Rumah Dinas Residen Kediri itu.

Rumah Dinas Residen Kediri

Jl. Jaksa Agung Soeprapto No. 2
Kecamatan Mojoroto, Kediri,
Jawa Timur
9. Monumen Simpang Lima Gumul
Monumen Simpang Lima Gumul yang sebelum dibangun dikenal dengan nama Proliman, berada di Desa Tugurejo, Kecamatan Gampengrejo, Kediri, Jawa Timur, di pusat pertemuan lima jalan yang menuju ke Gampengrejo, Pagu, Pare, Pesantren dan Plosoklaten. Kediri, tempat dimana pernah berdiri sebuah kerajaan yang agung dengan akar budaya yang kuat, justru mendirikan sebuah monumen yang menyerupai Arc de Triomphe.

Jika Arc de Triomphe, diilhami Arch of Titus yang dibangun orang Romawi pada abad pertama, dibuat di Paris untuk menghormati mereka yang bertempur dan mati bagi Perancis dalam Revolusi Perancis dan Perang Napoleon, maka tidak jelas Monumen Simpang Lima Gumul Kediri ini dibuat untuk menghormati siapa, dan mengapa bupati yang memprakarsainya tidak membuat sebuah monumen agung yang mengambil bentuk dari akar budaya setempat.
Monumen Simpang Lima Gumul
Jalanan di sekeliling Monumen Simpang Lima Gumul yang cukup lebar dan ditata dengan baik, dengan jajaran pepohonan pakis yang memberi kehijauan namun tampak tidak akan cukup untuk memberi keteduhan bagi pejalan dari terik matahari Kediri.
Monumen Simpang Lima Gumul
Jika Arc de Triomphe maupun Arc de Titus memiliki lekuk dan detail ornamen yang indah, yang menunjukkan keseriusan pembuatan dan cita rasa seni budaya tinggi, maka tidak ada ornamen yang mengesankan pada Monumen Simpang Lima Gumul, kecuali relief sederhana yang konon menceritakan sejarah Kediri.
Monumen Simpang Lima Gumul
Jika Arc de Triomphe tingginya 50 m, dengan lebar 45 m dan ketebalan and 22 m, dan Charles Godefroy pernah menerbangkan pesawat Nieuport biplane-nya melalui lubangnya pada sebuah perayaan untuk menandai berakhirnya Perang Dunia I, maka Monumen Simpang Lima Gumul dengan enam lantai setinggi 30 m dan seluas 6.186 m2 yang pembangunannya menelan biaya lebih dari Rp 300 milyar itu tentu tidak cukup besar untuk membuat sensasi semacam itu.
Monumen Simpang Lima Gumul
Sebuah arca Ganesha, salah satu dewa yang banyak dipuja oleh umat Hindu dengan gelar sebagai Dewa Pengetahuan dan Kecerdasan, Dewa Pelindung, Dewa Penolak Bala dan Dewa Kebijaksanaan, yang diletakkan di salah satu sudut Monumen Simpang Lima Gumul. Arca dengan ukuran yang sesungguhnya cukup besar itu, terlihat kerdil di Monumen Simpang Lima Gumul, dan tidak cukup untuk menerbitkan decak kagum.
Monumen Simpang Lima Gumul
Kabarnya pembuatan Monumen Simpang Lima Gumul ini merupakan bagian dari rencana besar Pemerintah
Kabupaten Kediri waktu itu untuk membuat sebuah Pusat Perdagangan yang juga berfungsi sebagai pusat rekreasi. Sebuah pemikiran dan rencana yang tampak sangat baik, namun sayang sekali pemilihan ikon-nya menjadi kontroversial dan tidak produktif.
Monumen Simpang Lima Gumul
Jalanan yang lebar dan mulus di sekeliling Monumen Simpang Lima Gumul tampak terlalu mewah karena belum ada kegiatan ekonomi yang berarti di sekitar lokasi. Monumen Simpang Lima Gumul di Kediri ini mulai dibangun pada tahun 2003 dan baru diresmikan pada tahun 2008.
Monumen Simpang Lima Gumul
Area parkir kendaraan yang dibuat dan ditata dengan baik, dimana dari sini pengunjung bisa melalui sebuah terowongan untuk menuju ke lokasi Monumen Simpang Lima Gumul.
Monumen Simpang Lima Gumul
Seorang lelaki tampak sedang menyabit rumput, mungkin untuk pakan ternaknya, di sekitar lokasi Monumen Simpang Lima Gumul, sementara sepedanya disenderkan di sebuah pohon kecil di tepian jalan.
Monumen Simpang Lima Gumul
Jalanan mulus dan lebar di sekeliling Monumen Simpang Lima Gumul itu yang masih menunggu pemanfaatannya secara ekonomi bagi masyarakat Kediri.
Monumen Simpang Lima Gumul
Suka tidak suka, Monumen Simpang Lima Gumul di Kediri itu sudah dibangun, dan telah pula menelan biaya ratusan miliar uang negara. Monumen Simpang Lima Gumul masih perlu untuk diperbaiki dan dikembangkan, baik dari sisi seni budaya maupun ekonomi. Monumen Simpang Lima Gumul tentu sebaiknya diperkaya dengan detail ornamen yang mampu menunjukkan keagungan akar budaya Kediri yang tua dan kuat, yang bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat setempat dan bagi para pejalan yang datang ke sana. Dengan demikian, aspek ekonominya juga bisa pula berkembang.

Monumen Simpang Lima Gumul

Desa Tugurejo, Kecamatan Gampengrejo,
Kediri, Jawa Timur.
10. Gua Surowono
Gua Surowono merupakan sebuah gua atau lorong bawah tanah yang di dalamnya mengalir sebuah sungai yang airnya sangat jernih. Gua Surowono ini berada di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, yang konon merupakan sistem kanal, bagian dari Candi Surowono, yang telah ada sejak jaman Kerajaan Kediri.

Setelah meninggalkan Candi Surowono, kami mengarah ke barat sejauh 280 meter dan berbelok ke kanan pada sebuah pertigaan. Setelah menyusuri jalan sejauh 450 meter, kami berbelok lagi ke kanan di pertigaan pada GPS: -7.742187,112.216761, lalu berhenti di sebuah rumah dengan penanda sederhana bertuliskan Gua Surowono. Setelah turun dari kendaraan, kami pun berjalan kaki melalui jalan setapak di samping rumah dan beberapa saat kemudian sampailah kami di lokasi lubang Gua Surowono, pada GPS: -7.74240, 112.21720.
Gua Surowono
Sebuah papan yang berisikan “Tata Tertib’ dengan tulisan tangan bagi para pengunjung Gua Surowono dengan isi yang cukup menggelitik, namun patut dibaca, terutama informasi yang berhubungan dengan keselamatan para pengunjung.
Gua Surowono
Lubang masuk ke Gua Surowono ini berada di sebuah sumur yang berada sekitar 5 meter di bawah permukaan tanah dengan genangan air jernih setinggi perut. Di atasnya terdapat gerumbul pohon bambu yang menaungi jalan masuk ke Gua Surowono itu.
Gua Surowono
Jalan setapak menuju pintu sumur Gua Surowono yang cukup curam, dan tampaknya cukup licin di musim penghujan.
Gua Surowono
Sebuah susunan batu hitam pada dasar sumur di pintu masuk Gua Surowono yang bisa digunakan sebagai tempat duduk sementara. Tetes-tetes air mengalir dari mata air di tebing lubang sumur ini.
Gua Surowono
Pintu masuk ke lorong Gua Surowono tampak ditutup pagar besi. Memasuki lorong Gua Surowono ini memang harus dipandu oleh penjaga, karena terdapat percabangan lorong yang bisa membuat orang tersesat di dalamnya.
Gua Surowono ini sangat sempit, dan hanya bisa dilalui orang satu per satu dengan cara berjalan beriringan. Tidak ada seorang pun diantara kami yang ingin mencoba masuk ke dalam gua itu, selain karena harus mencebur ke dalam air, sempitnya lubang gua juga membuat perasaan menjadi agak tidak nyaman.
Namun menurut penuturan penjaga, banyak yang telah dipandunya masuk ke dalam lorong Gua Surowono itu, dengan berbekal senter dan alas kaki, karena di bawah air Gua Surowono terdapat bebatuan yang bisa melukai telapak.
Memasuki lubang Gua Surowono yang pertama ini pengunjung masih bisa berjalan tegak di dalam lorong, namun berlanjut pada lubang Gua Surowono yang kedua pengunjung harus berjalan dengan cara berjongkok karena langit-langit gua yang rendah. Memasuki lubang Gua Surowono yang ketiga, pengunjung harus berjalan sambil duduk, dan pada lubang Gua Surowono yang keempat pengunjung harus merangkak atau berenang. Jarak antara lubang sumur Gua Surowono ini berkisar antara 50 – 60 meter.
Gua Surowono
Mata air yang menetes ke dalam sumur pada lubang masuk Gua Surowono yang tampaknya tak pernah kering.
Gua Surowono
Jika berkunjung ke Candi Surowono, sebaiknya anda mampir juga ke Gua Surowono ini, dimana jarak keduanya hanya sekitar 750 meter. Bawalah juga baju ganti jika ingin merasakan pengalaman memasuki lorong Gua Surowono yang pasti akan sangat berkesan ini.

Gua Surowono

Desa Canggu, Kecamatan Pare,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur
GPS: -7.74240, 112.21720
11. Candi Surowono
Candi Surowono merupakan sebuah candi Hindu dari jaman Kerajaan Majapahit, berukuran kecil namun dengan relief cantik, yang berada di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur. Candi Surowono ini, yang kami kunjungi setelah sebelumnya berkunjung ke Candi Tegowangi, diperkirakan dibangun pada tahun 1390 M sebagai tempat pendharmaan bagi Wijayarajasa, Bhre Wengker.

Candi Surowono, yang nama aslinya adalah Wishnubhawanapura, masih belum dalam keadaan sepenuhnya utuh ketika kami berkunjung ke sana. Banyak sekali batuan candi yang diletakkan di daerah terbuka pada pelataran candi yang luas, menunggu untuk disusun kembali menjadi sebuah candi yang utuh dan indah.
Candi Surowono
Papan nama Candi Surowono, dengan latar belakang Candi Surowono dan balok-balok beton memanjang tempat diletakkannya bebatuan candi yang belum tersusun pada tempatnya semula.
Candi Surowono
Balok-balok beton dan taman yang cukup asri menunjukkan bahwa telah ada perhatian yang cukup memadai dari pejabat di instansi terkait terhadap Candi Surowono yang sudah berusia lebih dari 600 tahun ini.
Candi Surowono
Sebuah arca sebatas dada bertangan empat yang diletakkan terpisah dari Candi Surowono dengan wajah yang sudah agak rusak.
Candi Surowono
Sebuah arca batu lainnya tanpa bagian bawah dan bagian atas rusak, yang tampak seperti seorang pendeta berjanggut bertubuh bungkuk dengan hiasan di telinga dan lehernya, sementara posisi tangannya tampak menyangga ke atas.
Candi Surowono
Arca batu lainnya yang tanpa bagian bawah juga, namun dengan posisi badan yang lebih tegak, hiasan telinga yang lebih pendek dan wajah yang masih lebih utuh, dengan posisi tangan yang juga menyangga ke atas.
Candi Surowono
Bagian bawah Candi Surowono dilihat dari samping depan, dengan bentuk dasar candi yang cukup utuh terutama di bagian sampingnya. Bagian depan Candi Surowono tampak masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Sedangkan bagian atas Candi Surowono ini sudah lenyap tak berbekas, entah dikarenakan sebab apa.
Candi Surowono diperkirakan dibangun pada 1390, namun baru selesai pada tahun 1400 saat candi ini digunakan. Candi Surowono dibuat sebagai tempat pensucian atau pendharmaan bagi Wijayarajasa, Bhre Wengker, yang merupakan paman dari Rajasanagara, Raja Majapahit. Bhre Wengker meninggal pada 1388.
Candi Surowono
Taman di sekeliling Candi Surowono terlihat cukup terawat dan rapi, memberi kesan yang segar dan menyejukkan mata.
Upacara sraddha bagi Bhre Wengker, yang merupakan sebuah upacara ritual yang dilakukan 12 tahun setelah kematiannya, diselenggarakan pada 1400, tahun yang kemudian diduga sebagai tahun perkiraan selesainya bangunan Candi Surowono ini.
Candi Surowono
Pada Candi Surowono terdapat beberapa relief yang dikerjakan dengan halus. Pada kaki Candi Surowono terdapat relief-relief fabel dan juga tantri, sedangkan pada badan Candi Surowono terdapat relief Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa yang digubahnya pada 1035, serta relief Bubuksah, dan relief Sri Tanjung.
Candi Surowono
Di Candi Surowono juga terdapat patung raksasa, yang disebut Gana yang berada dalam posisi duduk, dengan kedua tangan layaknya tengah menyangga bagian atas Candi Surowono.
Candi Surowono
Arca Gana yang berada di sudut lain Candi Surowono, dengan wajah yang lebih utuh dan bagian tubuh lainnya relatif lengkap. Gana adalah pelayan yang dipilih oleh Ganesha untuk melayani Shiwa.
Candi Surowono
Penggalan relief Sri Tanjung di salah satu sudut Candi Surowono. Sidapaksa dan Sri Tanjung adalah sepasang kekasih, yang suatu ketika terpisah karena Sidapaksa di utus pergi untuk sebuah misi. Ketika Sidapaksa kembali, ia menuduh Sri Tanjung tidak setia, dan lalu membunuhnya.
Relief paling kiri menceritakan ketika Sidapaksa menyadari kesalahannya dan merasa sangat putus asa. Relief di sebelahnya memperlihatkan Sri Tanjung tengah naik seekor ikan besar untuk menyeberangi sungai di dunia orang mati. Relief paling kanan adalah ketika Sri Tanjung ditolak masuk ke dalam surga karena waktu ajalnya belum tiba.
Candi Surowono
Relief di sebelah kiri menunjukkan ketika Durga menghidupkan kembali Sri Tanjung, dan relief paling kanan adalah ketika Sidapaksa dan Sri Tanjung dipersatukan kembali.
Candi Surowono
Relief Candi Surowono yang menceritakan tentang Bubuksah dan Gagang Aking, dua bersaudara yang tengah dalam pencarian spiritual untuk mencapai kesempurnaan. Gagang Aking menempa diri dengan melakukan puasa yang sangat ketat sedangkan Bubuksah tetap menikmati makan minumnya.
Batara Guru lalu mengirim utusan untuk menguji keduanya dalam wujud harimau yang meminta daging manusia segar kepada mereka. Gagang Aking mengatakan bahwa tidak ada gunanya meminta darinya karena ia kurus kering, namun Bubuksah menawarkan diri untuk dimakan harimau itu. Harimau itu lalu menampakkan wujud aslinya sebagai utusan Batara Guru, dan Bubuksah pun dinyatakan lulus ujian.
Candi Surowono
Anak tangga yang menuju ke bagian badan Candi Surowono. Sayang sekali saat itu tidak terpikir untuk naik ke atas Candi Surowono, mungkin karena melihat susunan anak tangga yang terlihat masih tidak begitu rapi.
Candi Surowono
Seorang anak kecil tengah duduk termenung di anak tangga undakan Candi Surowono, sementara kedua orang tuanya berbincang di bawah rimbun pohon di sisi kiri candi. Dasar Candi Surowono ini berukuran 7,8 x 7,8 meter, dengan tinggi 4,6 meter, menghadap ke barat, sebagaimana sebagian besar candi lainnya di Jawa Timur.
Meskipun belum utuh, Candi Surowono cukup menarik untuk dikunjungi, terutama untuk mengamati relief-reliefnya yang ditatah halus dan mengandung pesan-pesan moral. Semoga saja restorasi Candi Surowono bisa dituntaskan oleh dinas terkait dan pemerintah daerah setempat, untuk membuat Candi Surowono kembali utuh seperti semula. Sebuah prasasti yang berisi detail cerita tentang Candi Surowono juga sebaiknya dibuat dan dipasang di halaman candi untuk memberi informasi bagi para pengunjung.

Candi Surowono

Desa Canggu, Kecamatan Pare
Kediri, Jawa Timur
GPS: -7.746936,112.217
12. Candi Tegowangi
Candi Tegowangi merupakan sebuah candi Hindu tua di wilayah Kediri. Candi Tegowangi lokasinya berada di Dusun Candirejo, Desa Tegowangi, Kecamatan Plemahan, Kediri, Jawa Timur, pada posisi GPS -7.73462, 112.16111.




Candi Tegowangi
Setelah kira-kira 1 km dari Jl. Papar di Pare, kami masuk ke Jl. Balung Jeruk, dan berbelok masuk ke sebuah jalan kecil sejauh 100 meter dan menjumpai papan nama Candi Tegowangi di atas. Candi Tegowangi tampak di latar belakang, di tengah sebuah pertamanan yang ditumbuhi pepohonan di sekelilingnya.
Candi Tegowangi
Lintasan yang dibuat cukup rapi menuju Candi Tegowangi yang ditanam tumbuhan perdu di kiri kanannya. Candi Tegowangi berada di tempat yang sangat terbuka tanpa pepohonan pelindung yang cukup rindang di sekeliingnya, dan satu-satunya tempat duduk adalah di rumah penjaga Candi Tegowangi yang berada di mulut kompleks. Karenanya baik siapkan topi atau payung jika tidak suka dengan sengat matahari.
Candi Tegowangi
Tampak muka Candi Tegowangi dengan undakan yang masih berupa reruntuhan. Sudah waktunya dinas purbakala dan pemerintah setempat melakukan restorasi terhadap Candi Tegowangi ini, sehingga menjadi sebuah candi yang utuh dan indah, dan lebih enak untuk dikunjungi.
Candi Tegowangi
Tampak samping Candi Tegowangi yang bentuknya relatif masih utuh. Hanya bagian atasnya yang terlihat tidak beraturan dan memerlukan restorasi. Di bagian tengah pada foto di atas terlihat pilar polos yang menghubungkan badan dan kaki candi yang belum selesai dikerjakan. Pilar semacam ini juga dijumpai pada sisi yang lain.
Candi Tegowangi
Sebuah sudut Candi Tegowangi yang dihias ukiran berupa relief dedaunan dan sulur-suluran. Candi Tegowangi ini bentuknya bujur sangkar berukuran 11,2 m x 11,2 m, setinggi 4,35 m, menghadap ke barat. Pondasi Candi Tegowangi terbuat dari bata, dengan batur kaki dan bagian lainnya terbuat dari batu andesit.
Candi Tegowangi
Sebuah relief Raksasa (Gana) yang duduk dengan lutut tertekuk,sementara kedua tangannya mendorong ke atas seperti menopang bangunan Candi Tegowangi. Di setiap sisi Candi Tegowangi terdapat relief Gana ini dengan bentuk yang sedikit berbeda.
Candi Tegowangi
Candi Tegowangi sangat kaya dengan relief yang melingkari dinding di sekeliling candi, yang seluruhnya berjumlah 14 panel, dengan 3 panel di sisi Utara, 8 panel di sisi Barat dan 3 panel di sisi Selatan, yang berisi cerita Sudamala.
Candi Tegowangi
Relief Gana di sisi lain Candi Tegowangi. Di atasnya terdapat tonjolan-tonjolan batu berukir yang melingkari kaki candi. Di atas tonjolan ini terdapat sisi genta yang berhias relief.
Candi Tegowangi
Relief pada Candi Tegowangi ini berisi cerita tentang ruat (pensucian) Dewi Durga dari bentuk jelek dan jahat menjadi Dewi Uma dalam bentuknya yang baik. Ritual pensucian ini dilakukan oleh Sadewa, bungsu dari Pendawa.
Candi Tegowangi
Relief pada sisi lain Candi Tegowangi. Pada bilik tubuh candi terdapat Yoni dengan cerat (pancuran) berbentuk naga, namun sayang saya tidak menemukannya.
Candi Tegowangi
Sebuah reruntuhan candi di sisi tenggara Candi Tegowangi. Ada baiknya jika reruntuhan candi ini juga direstorasi dengan mendatangkan ahlinya dari Jawa dan Bali.
Candi Tegowangi
Sebuah arca rusak di pelataran Candi Tegowangi, yang mungkin merupakan arca Dewa Wisnu yang tengah menunggang Garuda. Di halaman Candi Tegowangi juga terdapat arca yaitu Parwati, dan Ardhanari. Parwati dianggap sebagai pasangan kedua dari Siwa, yang merupakan ibu dari Ganesha dan Kartikeya (Skanda). Parwati juga dihormati sebagai perwujudan dari Sakti atau Durga.
Candi Tegowangi
Menurut Kitab Pararaton, Candi Tegowangi merupakan tempat Pendharmaan Bhre Matahun. Bhre Matahun adalah suami dari Bhre Lasem, yang melahirkan Nagarawardhani yang kemudian menikah dengan Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk.
Dalam Kitab Negarakertagama, Bhre Matahun meninggal pada tahun 1310 C (1388 M), sehingga diperkirakan Candi Tegowangi dibuat pada tahun 1400 M, karena pendharmaan dilakukan 12 tahun setelah meninggal dengan upacara srada.

Candi Tegowangi

Dusun Candirejo, Desa Tegowangi,
Kecamatan Plemahan, Kediri, Jawa Timur.
GPS: -7.73462, 112.16111
13. Bendung Gerak Waru Turi
Bendung Gerak Waru Turi

Deretan pintu air utama pada Bendung Gerak Waru Turi sepanjang 159 m ini digunakan sebagai pengendali air Kali Brantas untuk keperluan irigasi dan kemudian juga dimanfaatkan untuk taman wisata.
Bendung Gerak Waru Turi
Memancing tampaknya merupakan salah satu kegiatan yang populer di bantaran Kali Brantas, di sekitar Bendung Gerak Waru Turi ini.
Bendung Gerak Waru Turi
Seorang pria tengah memancing dengan berendam kaki di aliran Kali Brantas, di bawah Bendung Gerak Waru Turi. Batu tempatnya bersandar tampaknya tidak cukup nyaman sebagai tempat duduk selagi menunggu umpan di mata kailnya disambar oleh ikan yang lapar.
Bendung Gerak Waru Turi
Deretan pos-pos pengendali pintu air Bendung Gerak Waru Turi. Bendung Gerak Waru Turi ini dibangun untuk menggantikan fungsi bendung Mrican lama yang mengairi Warujayeng, dan bendung Turi lama yang mengairi Turi Tunggorono. Bendung Gerak Waru Turi juga memasok tambahan air untuk daerah Papar Peterongan.
Bendung Gerak Waru Turi
Bagian belakang Bendung Gerak Waru Turi. Alir air Kali Brantas terlihat tenang karena geraknya tertahan oleh Bendung Gerak Waru Turi.
Bendung Gerak Waru Turi
Salah satu dari dua pintu air samping Bendung Gerak Waru Turi yang mengatur aliran air Kali Brantas ke saluran irigasi yang berada sebelah kanan. Satu pintu air lagi ada di sebelah kiri Bendung Gerak Waru Turi.
Bendung Gerak Waru Turi
Pintu air samping Bendung Gerak Waru Turi yang satunya lagi tampak di ujung sebelah kiri Bendung Gerak Waru Turi.
Bendung Gerak Waru Turi
Jalan aspal yang melintas Bendung Gerak Waru Turi. Di lokasi Bendung Gerak Waru Turi juga terdapat taman wisata yang menyediakan permainan flying fox, wahana out bound untuk anak dan dewasa, perahu motor, sepeda air, taman bermain anak-anak, kolam renang dan kolam pancing, taman air, panggung hiburan, camping ground, dan juga kereta kelinci.

Bendung Gerak Watu Turi

Desa Gampeng, Kecamatan Gampengrejo
Kediri, Jawa Timur
14. Pura Penataran Agung Kilisuci
Pura Penataran Agung Kilisuci di Kediri ini dikunjungi pada kali kedua kami berada ke Kawasan Wisata Gua Selomangleng, sesaat setelah meninggalkan Museum Airlangga. Karena letak Pura Penataran Agung Kilisuci ini bersebelahan dengan Museum Airlangga, maka kami pun hanya berjalan kaki menuju ke lokasi pura ini saat matahari sudah mulai naik sepenggalah.

Pura Penataran Agung Kilisuci
Tampak depan Pura Penataran Agung Kilisuci yang dikelilingi tembok bata yang terkesan sederhana, dengan sebuah Candi Bentar di tengah-tengahnya. Halaman di luar tembok tampak baru ditanami sejenis pepohonan, yang mudah-mudahan bisa cepat tumbuh dan cukup besar untuk memberi keteduhan bagi para pejalan.
Pura Penataran Agung Kilisuci
Papan nama Pura Penataran Agung Kilisuci, dengan Candi Bentar di sebelah kanannya yang dijaga sepasang arca batu Dwarapala, dengan gada yang diletakkan di sebelah kaki, dipegang dengan posisi telapak tangan ke bawah. Pintu Candi Bentar ini tertutup, sehinggak kami harus berjalan sampai ke ujung, dan masuk ke halaman tengah Pura Penataran Agung Kilisuci melalui pintu samping.
Pura Penataran Agung Kilisuci
Sebuah pohon beringin yang masih tampak muda, belum cukup besar untuk memberi keteduhan di bagian tengah Pura Penataran Agung Kilisuci yang cukup luas ini. Di latar belakang tampak Kori Agung, yaitu gapura yang menghubungkan bagian tengah dengan bagian utama Pura Penataran Agung Kilisuci, dengan satu pintu utama di tengah dan dua pintu tambahan di kiri dan kanan.
Di wilayah bagian luar, yang berada di sayap kiri Pura Penataran Agung Kilisuci, yang disebut Nista Mandala atau Jaba Sisi, terdapat sebuah Rumah Tunggu.
Pura Penataran Agung Kilisuci
Sebuah patung Dewi Kilisuci tampak diletakkan di ujung sebelah kiri Madya Mandala atau Jaba Tengah Pura Penataran Agung Kilisuci.
Pura Penataran Agung Kilisuci
Kori Agung Pura Penataran Agung Kilisuci yang terlihat anggun, dengan pintu berukir berwarna keemasan. Di masing-masing pintu tambahan terdapat sepasang arca penjaga, dan dua pasang arca penjaga di gerbang utama di bagian tengah.
Pura Penataran Agung Kilisuci
Sebuah bangunan kecil di pojok depan Jaba Tengah Pura Penataran Agung Kilisuci yang di dalamnya di simpan sebuah kentongan kayu.
Pura Penataran Agung Kilisuci
Arca Dewi Kilisuci yang dikelilingi oleh empat arca dewata dalam ukuran kecil di keempat titik sudut yang menyerupai bentuk wajah dan tubuh Batara Narada dalam kisah pewayangan. Ornamen Arca Dewi Kilisuci ini sangat halus, dengan warna pakaian yang sangat serasi dan indah.
Pura Penataran Agung Kilisuci
Jika di atas pintu gerbang utama Candi Hindu kuno biasanya terdapat ukiran Kala, maka di atas pintu gerbang Kori Agung Pura Penataran Agung Kilisuci ini dihias dengan relief pertapa dan bentuk dedaunan. Sebuah arca kecil diletakkan pada tingkat di atasnya lagi.
Pura Penataran Agung Kilisuci
Dua ekor naga putih bermahkota dengan taring terbuka, serta dua arca raksasa dengan gada ditangan menjadi penunggu gapura utama Kori Agung Pura Penataran Agung Kilisuci. Berbeda dengan arca Dwarapala yang salah satu kakinya menekuk pada lutut, kedua arca raksasa ini ada pada posisi berdiri.
Pura Penataran Agung Kilisuci
Dua arca raksasa penunggu gerbang samping Kori Agung Pura Penataran Agung Kilisuci yang posisi salah satu kakinya menekuk ke samping, tidak sebagaimana lazimnya Dwarapala pada candi Jawa yang kakinya menekuk ke belakang.
Pura Penataran Agung Kilisuci
Sayang sekali kami tidak bisa masuk ke Utama Mandala, yaitu bagian utama Pura Penataran Agung Kilisuci dimana pemeluk agama Hindu biasanya bersembahyang, karena gerbangnya tertutup rapat, dan tidak ada penjaga yang bisa dimintai tolong untuk membukakan pintunya.
Bagaimana pun sempatkan waktu untuk mampir ke Pura Penataran Agung Kilisuci ketika anda berkunjung ke kawasan wisata Gua Selomangleng, Kediri, yang dibangun di atas tanah seluas 6.500 m2 ini.

Pura Penataran Agung Kilisuci

Jl. Mastrip, Kawasan Wisata Gua Selomangleng
Kediri, Jawa Timur
GPS: -7.80780, 111.97429


15. Air Panas Anak Gunung Kelud
Air Panas Anak Gunung Kelud adalah tempat terakhir di kawasan wisata Gunung Kelud yang kami kunjungi setelah turun dari Gardu Pandang Gajah Mungkur. Setelah sempat ragu-ragu sejenak karena kami baru saja naik dan turun sebanyak total 1200 anak tangga di Gardu Pandang Gajah Mungkur, kami pun mulai menuruni anak tangga sejumlah 800 buah yang menuju ke Air Panas Anak Gunung Kelud.

Anak tangga ke arah Air Panas Anak Gunung Kelud itu jauh lebih landai dan lebih lebar dibandingkan anak tangga yang menuju ke Gardu Pandang, dan di tengah-tengahnya terdapat pagar besi yang digunakan sebagai tempat untuk berpegangan. Tidak ada terpaan angin yang mengganggu perjalanan, serta karena hari sudah mulai sore, kami pun terlindung dari sengat matahari.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Tengara yang menunjukkan arah ke lokasi Air Panas Anak Gunung Kelud.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Undakan menurun terbuat dari batu alam yang direkat semen ini sebenarnya cukup nyaman untuk dilalui, namun menuruni 800 anak tangga tentu bukan hal yang terlalu mudah, sehingga kami pun kadang-kadang berjalan di pembatas jalan yang mulus dan teduh di sebelah kanan, yang seharusnya merupakan jalur untuk naik.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Setelah menapaki anak tangga ke 700-an, kami pun akhirnya bisa melihat Air Panas Anak Gunung Kelud yang terus menerus mengepulkan asap putih dan mengalir melalui sela-sela bebatuan yang telah berwarna kuning kecoklatan.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Setelah sampai di ujung anak tangga, menyeberangi jembatan, lalu berbelok ke kanan menuruni jalan setapak yang sempit, kami pun akhirnya sampai ke aliran Air Panas Anak Gunung Kelud. Foto Air Panas Anak Gunung Kelud di atas di ambil dari atas jembatan.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Keadaan di sekitar aliran Air Panas Anak Gunung Kelud ini masih alami dan aliran airnya serta bebatuannya sangatlah indah untuk dipandang mata, dengan uap putihnya yang tak henti-hentinya mengepul bebas ke udara.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Air Panas Anak Gunung Kelud yang mengalir melalui sela-sela bebatuan coklat itu sangat panas, dan tidak mampu kulit kami untuk menahannya, meskipun hanya sebentar. Namun dari arah sebelah kiri ada aliran air yang sejuk dingin, sehingga pertemuan keduanya membuat suhu air menjadi cukup nyaman bagi kami untuk berendam kaki.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Sebuah pancuran berbalut belerang yang mempermanis pemandangan di sekitar Air Panas Anak Gunung Kelud.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Suasana sudah sangat sepi ketika kami berada di sana, karena selain sudah mulai sore, hari itu juga bukan hari libur. Hanya kami berempat, Lita Jonathans, Sanusi, Ijun dan saya yang berendam kaki di Air Panas Anak Gunung Kelud ini. Tidak ada suara lain selain gemericik Air Panas Anak Gunung Kelud yang terdengar di telinga.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Berlama-lama berendam kaki di aliran Air Panas Anak Gunung Kelud sesungguhnya sangat menenangkan hati. Namun sayang sekali matahari sudah mulai turun mendekati cakrawala, dan perjalanan menaiki 800 anak tangga masih menanti, sehingga kami tidak bisa berlama-lama berada di sana.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Jembatan di ujung anak tangga yang menuju Air Panas Anak Gunung Kelud, serta Puncak Sumbing Gunung Kelud di latar belakang.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Ijun dan Sanusi bersiap-siap untuk menapaki anak tangga Air Panas Anak Gunung Kelud, sementara Lita Jonathans masih memotret suasana sore di sekitar Air Panas Anak Gunung Kelud dari arah jembatan.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Puncak Sumbing Gunung Kelud yang disiram matahari sore diambil dalam perjalanan menaiki anak tangga dari Air Panas Anak Gunung Kelud.
Air Panas Anak Gunung Kelud
Bola matahari dan langit Kediri yang ditangkap dari sela-sela gerumbul selagi menapaki satu per satu anak tangga meninggalkan Air Panas Anak Gunung Kelud.
Sebuah perjalanan balik yang sangat menguras tenaga untuk menapaki kembali ke-800 anak tangga itu, naik menjauhi Air Panas Anak Gunung Kelud, dan langit pun mulai gelap ketika kami akhirnya sampai kembali di atas. Tidak ada mobil dan motor pengunjung yang tersisa di area parkir, dan kami menjadi pengunjung terakhir yang meninggalkan Kawasan Wisata Gunung Kelud hari itu.
Sungguh hari yang sangat mengesankan. Setelah berhasil mendaki dan menuruni total 1200 anak tangga Gardu Pandang Gajah Mungkur, hari itu kami berhasil juga menuruni dan menaiki total 1800 anak tangga Air Panas Anak Gunung Kelud

Air Panas Anak Gunung Kelud

Kawasan Wisata Gunung Kelud
Kediri, Jawa Timur
16. Gardu Pandang Gajah Mungkur
Gardu Pandang di Puncak Gajah Mungkur Gunung Kelud merupakan titik tertinggi yang bisa dicapai kebanyakan pengunjung untuk bisa menikmati panorama Kawasan Wisata Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur. Untuk mencapai Gardu Pandang Gajah Mungkur ini, kami mendaki sekitar 600 anak tangga dengan kemiringan yang cukup tajam, dan karenanya menguras tenaga lumayan banyak.


Gardu Pandang Gajah Mungkur
Pada foto di atas, Gardu Pandang Gajah Mungkur terlihat berada di sebelah kiri berwarna putih, berhadapan dengan Puncak Sumbing Gunung Kelud. Bangunan di tengah bawah adalah tempat rehat dan area parkir Kawasan Wisata Gunung Kelud. Di area ini juga terdapat Flying fox.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Sebuah papan tengara yang bisa ditemui pengunjung setelah melewati terowongan Gunung Kelud.

Gardu Pandang Gajah Mungkur
Puncak Gunung Kelud di latar belakang, dan puncak Anak Gunung Kelud di latar depan, diambil dari salah satu anak tangga menuju ke Gardu Pandang Gajah Mungkur.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Bukan hanya kemiringan dan banyaknya anak tangga yang membuat pendakian ke Gardu Pandang Gajah Mungkur ini menjadi sangat menantang, namun juga karena terpaan angin yang kadang cukup keras dari arah kanan, serta rasa gamang karena jurang berada di kiri kanan anak tangga.
Setiap kali kami berhenti untuk beristirahat, setiap kali pula muncul pikiran untuk tidak melanjutkan perjalanan yang terasa masih jauh. Namun setiap kali pula kami berhasil mengalahkan pikiran pecundang itu, dan tetap meneruskan langkah demi langkah menaiki anak tangga ke Gardu Pandang Gajah Mungkur, meskipun kami lupa membawa bekal air minum.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Inilah Gardu Pandang di Puncak Gajah Mungkur Gunung Kelud. Sederhana memang, namun lumayanlah untuk sekadar berteduh dari sengat matahari. Angin bertiup sangat kencang di Gardu Pandang Gajah Mungkur ini, membuat saya yang tidak suka terpaan angin menjadi blingsatan, sia-sia mencari perlindungan yang tidak ada.
Ada perasaan puas dan lega, memang, ketika berhasil menaklukkan kekhawatiran diri dan akhirnya mampu menjejakkan kaki di Gardu Pandang Gajah Mungkur ini.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Gundukan pada foto di atas adalah titik tertinggi di Puncak Gajah Mungkur, yang berada hanya beberapa meter dari Gardu Pandang Gajah Mungkur.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Jalan yang mengular di pinggang pegunungan Kelud dilihat dari Gardu Pandang Gajah Mungkur.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Puncak Sumbing Gunung Kelud dilihat dari Gardu Pandang Gajah Mungkur.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Puncak Anak Gunung Kelud dilihat dengan lensa tele dari Gardu Pandang Gajah Mungkur.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Di sekeliling area Gardu Pandang Gajah Mungkur terdapat pagar pengaman seperti tampak pada foto di atas. Foto diambil dari gundu tertinggi Puncak Gajah Mungkur.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Sanusi, yang berbaik hati menggembol tas kamera saya yang cukup berat, dan Ijun terlihat berjalan menuruni Gardu Pandang Gajah Mungkur, dengan pemandangan Anak Gunung Kelud di latar belakang.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Menuruni anak tangga Gardu Pandang Gajah Mungkur di Gunung Kelud ini tetap saja memerlukan kehati-hatian, karena tingkat kemiringannya yang cukup tajam.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Jika anda perhatikan besi-besi pada pagar, maka akan terlihat ada sebuah pegangan besi yang telah patah. Karenanya berhati-hatilah ketika sedang naik, karena seorang teman yang berpegangan pada pagar besi itu ketika tengah naik, jantungnya serasa copot ketika mendapati tangannya memegang udara kosong. Semoga pengelola segera memperbaikinya, karena pegangan yang rusak ini dijumpai di beberapa titik, dan bisa membahayakan pengunjung.
Gardu Pandang Gajah Mungkur
Menuruni anak tangga Gardu Pandang Gajah Mungkur sangatlah menyenangkan, karena bisa dilakukan sambil menikmati pemandangan pegunungan Kelud yang indah. Ketika naik, mata lebih terfokus pada deretan anak tangga yang seolah-olah tak berujung, dan pikiran pun selalu sibuk dengan pertanyaan seberapa lama lagi penderitaan pendakian itu akan berakhir. Kenikmatan memang sering diperoleh setelah terlebih dahulu bersusah payah.

Gardu Pandang Gajah Mungkur

Kawasan Wisata Gunung Kelud
Kediri, Jawa Timur
GPS: -7.93738, 112.29867


17. Anak Gunung Kelud
Anak Gunung Kelud

Puncak Anak Gunung Kelud dari balik sebuah gerumbul perdu. Munculnya Anak Gunung Kelud adalah sebuah fenomena langka yang menggantikan siklus letusan Gunung Kelud yang biasanya terjadi setiap 15 tahun sekali.
Anak Gunung Kelud
Dua buah batu andesit raksasa di Puncak Anak Gunung Kelud, seolah menjadi penyumbat muntahan lahar yang membantu menghentikan pertumbuhan Anak Gunung Kelud. Entah sampai kapan tenaga energi di perut Kelud yang dahsyat itu bisa dijinakkan.
Anak Gunung Kelud
Anak Gunung Kelud setinggi 250 m dan berdiameter 450 m ini masih terlihat gundul dan berwarna abu-abu gelap. Anak Gunung Kelud memang belum cukup umur untuk ditumbuhi lumut dan tetumbuhan daerah pegunungan lainnya. Di sana-sini masih terlihat asap mengepul dari sela-sela bebatuan Anak Gunung Kelud itu.
Anak Gunung Kelud
Beberapa remaja tampak tengah naik meniti anak tangga setelah turun ke lembah di kaki Anak Gunung Kelud. Pemandangan dari bawah mestinya indah, karena bisa memotret Anak Gunung Kelud dengan latar belakang Puncak Gajah Mungkur.
Anak Gunung Kelud
Anak Gunung Kelud dikelilingi oleh puncak-puncak pegunungan Kelud yang tinggi, sehingga bisa dipahami mengapa Anak Gunung Kelud muncul dari dalam mendiang Danau Kelud, karena pada lokasi itu relatif tidak ada penghalang bagi keluarnya magma.
Anak Gunung Kelud
Tidak diketahui apakah air di kaki Anak Gunung Kelud itu merupakan bagian dari mendiang Danau Kelud yang tersisa, atau kah berasal dari air hujan yang mengguyuri Anak Gunung Kelud dalam tiga tahun terakhir.
Anak Gunung Kelud
Bagian lereng Anak Gunung Kelud yang berwarna keputihan itu tampaknya merupakan sela-sela batuan tempat dimana asap dari perut Anak Gunung Kelud menyelusup keluar.
Di bawah ini adalah video yang diunggah di Youtube. Yang pertama memperlihatkan saat-saat awal mulai munculnya aktivitas di Danau Kelud, dan yang kedua memperlihatkan pergolakan yang terjadi saat Anak Gunung Kelud tengah lahir.
Anak Gunung Kelud
Sebuah foto yang memperlihatkan jarak dari kaki Anak Gunung Kelud ke gubug sederhana penjual VCD itu, dilihat dari anak tangga yang menuju ke Gardu Pandang di Puncak Gajah Mungkur. Kaki Tebing Sumbing Gunung Kelud tampak di bagian kanan atas.
Sebuah tempat yang sewaktu-waktu bisa berbahaya seperti Anak Gunung Kelud ini akan terlihat manis dan enak dipandang selagi jinak, sama halnya ketika berurusan dengan segala yang lain. Bersegeralah bertandang ke Anak Gunung Kelud selagi ia masih manis, dan menikmati panorama pegunungan Kelud yang indah menawan.

Anak Gunung Kelud

Kawasan Wisata Gunung Kelud
Kediri, Jawa Timur

18. Tebing Sumbing
Tebing Sumbing Gunung Kelud merupakan tebing batu andesit abu-abu gelap berbentuk mengerucut indah dengan kemiringan hampir sembilan puluh derajat, yang letaknya berada di sisi sebelah kanan setelah keluar dari terowongan Gunung Kelud. Adalah karena melihat beberapa orang berjaket orange menyala terlihat tengah menggelantung di Tebing Sumbing Gunung Kelud itu, kami pun mendaki gundukan di sebelah kanan jalan utama.

Setelah melewati gundukan berbatu terjal itu, kami pun sampai di sebuah tanah datar luas dengan gerumbul perdu yang lebat, dimana terlihat ada sebuah tenda kecil berwarna kuning dan dua anak muda yang tengah duduk-duduk. Rupanya mereka adalah bagian dari kelompok lima mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta yang tengah melakukan pendakian Tebing Sumbing Gunung Kelud. Sumbing adalah salah satu dari empat puncak Gunung Kelud, selain Puncak Kelud sendiri, Puncak Gajah Mungkur, dan Puncak Gedang.
Tebing Sumbing Gunung Kelud
Tebing Sumbing Gunung Kelud yang menjulang cantik setinggi 200 meter, dengan satu puncak bentuknya meruncing dan puncak lain yang lebih rendah bentuknya membulat. Joglo putih di atas Puncak Gajah Mungkur terlihat di sisi sebelah kiri.
Tebing Sumbing Gunung Kelud
Tiga orang mahasiswa Jakarta itu tampak tengah membuat jalur pendakian Tebing Sumbing Gunung Kelud, dengan satu orang diantaranya berada di atas sebagai perintis jalur pendakian. Di bawah mereka tampak menggantung sebuah portaledge, sebuah tenda khusus yang bisa di pasang pada medan vertikal sebagai tempat beristirahat dan menginap untuk menghemat waktu dan tenaga.
Tebing Sumbing Gunung Kelud
Batuan andesit Tebing Sumbing Gunung Kelud ini kabarnya tidak semuanya kuat menancap satu sama lain, karena ada juga yang bisa berguguran ketika dibor dan dipanjat, sehingga para pendaki Tebing Sumbing Gunung Kelud ini menggunakan topi pelindung kepala sebagai tindakan pengamanan.
Tebing Sumbing Gunung Kelud
Seorang mahasiswa perintis jalur terlihat tengah mengamati lintasan yang hendak dibuatnya. Menjadi perintis jalur memerlukan tenaga dan konsentrasi, karena ia harus memutuskan sendiri jalur mana yang ia pilih, membor batuan tebing jika perlu, dan menancapkan piton (paku tebing) ke dalamnya. Karena itu biasanya mereka bekerja bergiliran sebagai perintis jalur.
Tebing Sumbing Gunung Kelud
Sementara seorang mahasiswa tengah bekerja merintis jalur, seorang lagi mengamat-amati dan berjaga-jaga di bawahnya, dan yang tampak tengah beristirahat mungkin sebelumnya telah mendapat giliran sebagai perintis jalur Tebing Sumbing Gunung Kelud ini. Pendakian tebing bukan hanya monopoli pria saja, karena yang terlihat tengah menjadi perintis jalur itu tampaknya adalah mahasiswi satu-satunya dalam kelompok itu.
Tebing Sumbing Gunung Kelud
Tebing Sumbing Gunung Kelud diihat dari Gardu Pandang Puncak Gajah Mungkur. Para mahasiswa pendaki Tebing Sumbing Gajah Mungkur dengan jaket orange menyalanya itu terlihat sangat kecil. Foto-foto sebelumnya memang diambil dari tangga yang menuju Gardu Pandang, ada juga yang diambil dari Gardu Pandang di Puncak Gajah Mungkur.
Tebing Sumbing Gunung Kelud
Seorang mahasiswa tampak mulai bekerja merintis jalur lagi. Foto diambil dengan sebuah lensa jarak jauh dari atas Puncak Gajah Mungkur. Tantangan yang mereka hadapi bukan saja curamnya batu Tebing Sumbing Gunung Kelud yang mereka daki, tetapi hujan dan angin yang bisa datang kapan saja.
Tebing Sumbing Gunung Kelud
Base camp para pendaki Tebing Sumbing Gunung Kelud yang berwarna kuning tampak terlihat di bagian sebelah kanan foto, diambil dari Puncak Gajah Mungkur dengan lensa tele. Lintasan di sebelah kiri adalah jalan menuju Anak Gunung Kelud, sedangkan deretan tangga adalah sebagian dari 600 anak tangga menuju Gardu Pandang di Puncak Gajah Mungkur.
Tebing Sumbing Gunung Kelud
Sedikitnya memerlukan waktu 2-3 hari untuk membuat sebuah jalur pendakian menuju ke Puncak Sumbing Gunung Kelud ini, tergantung bagaimana stamina para pendaki, peralatan yang mereka gunakan, serta keberuntungan yang berhubungan dengan faktor cuaca selama pendakian tebing berlangsung.
Setelah berpayah-payah dan berjam-jam mendaki Tebing Sumbing Gunung Kelud ini mereka pun akan segera turun kembali, dengan membawa kepuasan penaklukan, torehan jejak jalur yang mereka buat, foto indah serta kesempatan langka menikmati panorama dari puncak Sumbing Gunung Kelud yang tidak banyak orang bisa sampai ke sana. Memang ada banyak cara untuk menikmati hidup ini.

Tebing Sumbing Gunung Kelud

Gunung Kelud, Kediri
Jawa Timur
19. Gereja Tua Puhsarang
Puhsarang adalah sebuah desa di Kecamatan Semen di kaki Gunung Wilis, sekitar 10 km dari Kota Kediri, yang menjadi terkenal karena di sana terdapat Gereja Puhsarang, sebuah gereja Katolik tertua di kawasan Asia Tenggara, serta merupakan tempat ziarah karena di dalam kompleks seluas luas 13,5 ha ini terdapat Gua Maria Lourdes Puhsarang yang merupakan replika Gua Maria Lourdes di Perancis.

Di dalam kompleks Gereja Puhsarang Kediri ini juga terdapat Jalan Salib yang dibuat melingkari sebuah bukit dalam balutan pepohonan rindang, dengan patung-patung seukuran orang dewasa yang terdiri dari 15 stasi, dimulai sejak Yesus divonis hukuman mati, sampai setelah dimakamkan.
Puhsarang Kediri
Gapura batu plengkung dengan ucapan selamat datang di Puhsarang Kediri. Masih ditemani oleh Sanusi, seorang teman yang mengelola sebuah LSM di Kediri, kami berhenti di sebuah gang di samping kompleks Puhsarang, di depan warung-warung yang menjual makanan, minuman dan suvenir. Menyusuri jalan samping, kami langsung berjalan menuju ke arah Gua Maria Puhsarang.
Puhsarang Kediri
Sebuah lonceng gereja di tengah pilar batu lengkung yang tinggi, dilatarbelakangi oleh sebagian bangunan Gereja Puhsarang yang didirikan pada tahun 1936 atas inisiatif Romo Jan Wolters CM, pastor di paroki Kediri saat itu, dengan arsitek Henri Maclaine Pont.
Puhsarang Kediri
Gedung Serba Guna Emaus Puhsarang yang sangat unik, menyerupai sebuah perahu dan gunungan, dengan struktur dan arsitektur mirip Gereja Puhsarang, dimana atapnya memakai bentangan baja, tanpa usuk dan reng kayu seperti lazimnya bangunan yang lain, dengan bentuk genting yang khas pula.
Puhsarang Kediri
Kios-kios di sepanjang jalan menuju Gua Maria Puhsarang, yang menjual berbagai keperluan bagi para peziarah, cindera mata dengan tema religius, serta hasil kerajinan tradisional yang bentuknya sederhana sampai yang rumit pembuatannya.
Puhsarang Kediri
Lelehan ribuan lilin yang dibakar di bawah Gua Maria Puhsarang, membentuk relief seperti aliran air terjun berwarna putih. Bunga mawar dan kanthil tampak ditebar pada puncak undakan.
Puhsarang Kediri
Patung Maria di area Gua Maria Lourdes Puhsarang setinggi 4 meter yang merupakan tiruan patung Maria Lourdes di Perancis yang aslinya hanya 1,75 meter. Gua Maria Puhsarang ini tingginya mencapai hampir 18 meter. Suasana cukup senyap ketika kami berada di sana, membuat tempat ini sangat sesuai untuk melakukan meditasi atau pun untuk menyepi.
Puhsarang Kediri
Seorang anak muda dengan kamera ditangan tengah melangkah mendekati teman-temannya yang duduk di sebuah kursi kayu di depan Gua Maria Lourdes Puhsarang. Pepohonan yang cukup rindang membuat pengunjung merasa nyaman berada di lingkungan Puhsarang ini.
Puhsarang Kediri
Undakan di dalam kompleks Puhsarang yang memperlihatkan kontur perbukitan yang menuju ke arah Jalan Salib Bukit Golgota Puhsarang. Undakan yang tidak terlalu curam, serta pepohonan rindang di kiri kanan yang meneduhi lintasan, membuat perjalanan tidak begitu terasa melelahkan.
Puhsarang Kediri
Gapura batu sebagai gerbang masuk ke Jalan Salib Bukit Golgota Puhsarang, yang diresmikan pada 28 Mei 2000 oleh Mgr. Johanes Hadiwikarta, yang menjadi Uskup Surabaya ketika itu. Di latar belakang adalah patung yang dibuat dengan sangat indah, berwarna kuning keemasan, yang merupakan Stasi I Jalan Salib Puhsarang yang memperlihatkan suasana saat Yesus dijatuhi hukuman mati di rumah Pilatus.
Puhsarang Kediri
Stasi III Jalan Salib Puhsarang yang memperlihatkan ketika Yesus jatuh untuk pertama kali setelah dipaksa memanggul salib yang berat melewati jalanan Yerusalem menuju Golgota. Peristiwa itu dinamakan Via Dolorosa, yang artinya Jalan Duka atau Jalan Salib. Yesus ketika itu diikuti oleh sang Ibu, beberapa wanita saleh serta murid terkasih.
Puhsarang Kediri
Stasi VI Jalan Salib Puhsarang yang memperlihatkan saat seorang wanita bernama Veronica, setelah berhasil menyeruak dari kerumunan massa, mengusap wajah Yesus yang berlumuran darah dengan kerudungnya, sehingga wajah Yesus pun tergambar di kain kerudungnya itu.
Veronika dihormati sebagai santa karena ketulusannya dalam meringankan beban Yesus yang sedang menderita dalam perjalanan menuju penyaliban di Golgota. Setelah peristiwa itu Veronika menjadi seorang Kristen, dan sebelum wafat ia memberikan kerudungnya kepada Paus Klement.
Puhsarang Kediri
Stasi XII Jalan Salib Puhsarang yang memperlihatkan saat Yesus wafat di kayu salib.
Puhsarang Kediri
Stasi XIV Jalan Salib Puhsarang yang menunjukkan suasana saat Yesus dimakamkan. Adalah Makam Talpiot, sebuah makam yang ditemukan di Talpiot, di sebelah selatan Kota Lama Yerusalem, yang diduga merupakan makam Yesus dan keluarga.
Puhsarang Kediri
Sebuah patung Yesus pada kayu salib berukuran besar, terlihat dari lokasi yang tidak jauh dari ujung Jalan Salib Puhsarang.
Puhsarang Kediri
Sebuah patung Yesus dengan ukiran yang halus dan sangat indah berada di bagian depan Gereja Puhsarang.
Puhsarang Kediri
Gereja Puhsarang dengan rancang bangun unik ini memadukan gaya arsitektur Eropa dan gaya bangunan Jawa pada jaman Majapahit.
Puhsarang Kediri
Gapura batu St Maria, dengan patung Maria yang dinaungi atap berbentuk unik tampak di latar belakang.
Puhsarang merupakan sebuah tempat yang menarik untuk dikunjungi oleh masyarakat umum sekalipun. Selain untuk mengagumi arsitektur bangunan Gereja Puhsarang dan Ruang Serba Guna yang unik, juga untuk menikmati suasana yang hening dan sakral di sekitar Gua Maria dan Jalan Salib.

Puhsarang Kediri

Desa Puhsarang, Kecamatan Semen
Kediri, Jawa Timur
GPS: -7.833680, 111.950300
nb. dan masih banyak lagi tempat-tempat pariwisata di kabupaten dan kota kediri yang belum saya publish

2 komentar:

  1. Kalau di sekitar g.kelud ada objek wisata apa lagi ya bro? Yg mudah aksesnya. Rencana mau ke sana bulan januari nanti. Tapi cuma satu hari doang. Kira2 cukup ga ya mengunjungi 2 atau 3 objek dlm sehari? Tks

    BalasHapus
  2. Mantab Jiwa Melegenda,Erawisata patut ditelaah ini gan.kediri Jiwa Surabaya mantab kuliner

    BalasHapus